Tugas
Individu
TATA NIAGA DAN
HASIL TERNAK
Oleh :
GORISMAN MATUALESI
NIM.
L1A1 13
009
JURUSAN
PETERNAKAN
FAKULTAS
PETERNAKAN
UNIVERSITAS
HALU OLEO
KENDARI
2016
PEMBAHASAN
1.
Konsep Efisiensi
Efisiensi terjadi karena adanya suatu kegiatan atau usaha yang dinilai oleh
perusahaan/lembaga telah banyak menghabiskan resources namun manfaat
yang dirasakan oleh perusahaan sangatlah kecil, maka perusahaa/lembaga tersebut
melakukan peninjauan kembali semua aspek yang ikut serta dalam kegiatan/usaha
tersebut ditutup kemudian diganti dengan kegiatan/usaha yang lain oleh
perusahaan sehingga memberi manfaat yang besar bagi perusahaan.
Singkatnya
menurut Kamus Lengkap Ekonomi (2002:149) Bahwa: “Efisiensi adalah Rasio atau
perbandingan usaha atau kerja yang berhasil, dan seluruh kerja atau pengorbanan
yang dikerahkan untuk mencapai hasil tersebut dengan kata lain, rasio antara
input dan output”.
Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa Efisiensi merupakan sebuah metode perbandingan antara
usaha yang dilakukan dengan hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perusahaan
dalam melakukan kegiatan.
Sementara itu
efektivitas menurut Sondang P. Siagian (2001:20) mengatakan bahwa: “Efektivitas
adalah pemanfaatan sumber daya, dana, sarana, dan prasarana dalam jumlah
tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah
barang dan jasa dengan mutu tertentu tepat pada waktunya”.
Jadi
efektivitas adalah suatu bentuk perbandingan antara pemanfaatan kemampuan
sarana perusahaan dengan waktu yang tercapai dalam usahanya untuk mendapatkan
hasil yang telah ditetapkan sebelumnya.
Sedangkan
konsep efektivitas menurut Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer (2000:376) bahwa
: “Efektivitas merupakan Manfaat, pengaruh, akibat, dan sebagainya”, yang
timbul akibat pemanfaatan segala sesuatu dalam melakukan kegiatan atau usaha”.
Ada beberapa hal penting yang perlu digaris bawahi dari definisi efisiensi
dan efektivitas di atas yaitu :
|
Namun perlu
disadari bahwa standar atau ukuran yang pasti dalam menilai suatu kegiatan
usaha yang dilakukan oleh setiap perusahaan berjalan dengan konsep efisiensi
dan efektivitas sangatlah sulit karena itu semua bergantung bagaimana
pihak manajemen dari perusahaan menilai semua kegiatan usahanya sehingga bisa
diketahui kegiatan atau usaha yang mana telah berjalan sesuai dengan konsep
efisiensi dan efektivitas yang diinginkan oleh pihak manajemen perusahaan.
Sistem pasar persaingan sempurna menjadi
basis awal berkembangnya teori efisiensi, dimana pasar melalui tangan tidak
terlihat akan selalu mengalokasikan sumberdaya secara efisien kepada para
pelaku ekonomi didalam pasar persaingan sempurna. Namun begitu, saat konsep
tersebut menjadi usang, karena banyak sekali ditemukannya kegagalan pasar.
Dalam teori ekonomi yang lebih maju, ditemukan sebuah konsep keseimbangan pasar
yang di kenal dengan The Fundamental
Theorem of Welfare Economics, dimana teori ini mengemukakan hubungan antara
konsep keseimbangan pasar dengan konsep pareto efisiensi. Teori ini terdiri
dari first theorem dan second theorem. The
first theorem menyatakan bahwa dalam
keadaan tertentu competitive ekonomi adalah selalu pareto efisien. Dimana dalam
keadaan pareto efisien individu yang melakukan pertukaran akan mencapai
kepuasan maksimal tanpa membuat individu lain menjadi lebih buruk. Hal ini
mengandung pengertian bahwa ternyata terdapat perbedaan alokasi sumberdaya
dalam perekonomian diantara setiap individu yang tergantung dari initial
endowmen masing-masing individu. Implikasi lainnya adalah dalam the first theorem ini adalah timbulnya
sebuah kegagalan pasar yaitu eksternalitas, monopoli alamiah, dan barang-barang
publik.
Ditinjau
dari teori ekonomi ada dua macam pengertian efisiensi, yaitu efisiensi teknis
dan efisiensi ekonomi. Efisiensi ekonomi mempunyai sudut pandang makroekonomi,
sementara efisiensi teknis mempunyai sudut pandang mikroekonomi. Pengukuran
efisiensi teknis cenderung terbatas pada hubungan teknis dan operasional dalam
proses konversi input menjadi output. Sedangkan dalam efisiensi
ekonomi, harga tidak dapat dianggap sudah ditentukan (given), karena harga dapat dipengaruhi oleh kebijakan makro (Sarjana, 1999).
Menurut Farrell (1957) efisiensi dari perusahaan terdiri
dari dua komponen, yaitu efisiensi teknis dan efisiensi alokatif. Efisiensi
teknis mencerminkan kemampuan dari perusahaan dalam menghasilkan output dengan sejumlah input yang tersedia. Sedangkan efisiensi
alokatif mencerminkan kemampuan perusahaan dalam mengoptimalkan penggunaan inputnya, dengan struktur harga dan
teknologi produksinya. Kedua ukuran ini yang kemudian dikombinasikan menjadi
efisiensi ekonomi (economic efficiency).
Suatu perusahaan dapat dikatakan efisien secara ekonomi jika perusahaan
tersebut dapat meminimalkan biaya produksi untuk menghasilkan output
tertentu dengan suatu tingkat teknologi yang umumnya digunakan serta harga
pasar yang berlaku.
Menurut Kumbhaker dan Lovell (2000), efisiensi
teknis hanya merupakan satu komponen dari efisiensi ekonomi secara keseluruhan.
Namun, dalam rangka mencapai efisiensi ekonominya suatu perusahaan harus
efisien secara teknis. Dalam rangka mencapai tingkat keuntungan yang maksimal,
sebuah perusahaan harus memproduksi output
yang maksimal dengan jumlah input
tertentu (efisiensi teknis) dan
memproduksi output dengan kombinasi
yang tepat dengan tingkat harga tertentu (efisiensi alokatif).
2.
Efisiensi Melalui Konsep Analisa Struktur Perilaku dan Pelaksanaan Pasar
Pemasaran adalah semua kegiatan yang
bertujuan untuk memperlancar arus barang atau jasa dari produsen ke konsumen
secara paling efisien dengan maksud untuk menciptakan permintaan efektif
(Hasyim, 1994).
Dalam pemasaran terjadi suatu aliran
barang dari produsen ke konsumen dengan melibatkan lembaga perantara
pemasaran. Seluruh lembaga perantara
pemasaran memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan saluran
pemasaran, karena jika terdiri dari rantai pemasaran yang panjang, maka biaya
pemasaran yang dikeluarkan menjadi lebih besar.
Menurut Assauri (1996), pemasaran
mempunyai peranan yang sangat penting dalam pencapaian tujuan dan sasaran
perusahaan, karena pemasaran merupakan pintu terdepan untuk mengalirnya dana
kembali ke dalam perusahaan. Kelancaran
masuknya kembali dana dari hasil operasi perusahaan sangat ditentukan oleh
bidang pemasaran. Pencapaian keuntungan
usaha perusahaan sangat ditentukan oleh kemampuan perusahaan memasarkan produk
perusahaan dengan harga yang menguntungkan.
Semua
kegiatan ekonomi, tidak terkecuali pemasaran, juga menghendaki adanya
efisiensi. Menurut Mubyarto (1989),
sistem pemasaran dianggap efisien apabila memenuhi dua syarat, yaitu:
(1) Mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen
dengan biaya serendah mungkin.
(2) Mampu mengadakan pembagian yang adil dari
keseluruhan harga yang dibayar konsumen akhir kepada semua pihak yang telah
ikut serta di dalam kegiatan produksi dan kegiatan pemasaran komoditas
tersebut.
Pengertian
adil disini adalah perbandingan antara
pengorbanan yang dikeluarkan dan keuntungan yang diperoleh setiap komponen
pemasaran berada dalam keseimbangan.
Pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan pada usaha
untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan melalui proses pertukaran. Menurut Nitisemito (1981) dalam Hasyim
(2003), pemasaran adalah semua kegiatan yang bertujuan untuk memperlancar arus
barang atau jasa dari produsen ke konsumen secara paling efisien dengan maksud
untuk menciptakan permintaan efektif. Menurut
Soekartawi (2002), biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan untuk
keperluan pemasaran, meliputi biaya pengangkutan, biaya sortir, biaya
pengemasan, dan biaya tenaga kerja yang digunakan. Makin efisien pemasaran yang dilakukan, makin
kecil biaya pemasaran yang dikeluarkan.
Besarnya biaya pemasaran berbeda satu sama lain disebabkan oleh : (a)
macam komoditi, (b) lokasi pemasaran, (c) macam lembaga pemasaran dan (4)
efektivitas pemasaran yang dilakukan.
Menurut Soekartawi (2002), untuk melakukan analisis terhadap
sistem atau organisasi pasar dapat dilakukan dengan model S-C-P (structure,
conduct dan performance).
Pada dasarnya, sistem atau organisasi pasar dapat dikelompokkan ke dalam
tiga komponen, yaitu :
a. Struktur pasar (market structure),
merupakan gambaran hubungan antara penjual dan pembeli yang dilihat dari jumlah
lembaga pemasaran, diferensiasi produk, dan kondisi keluar masuk pasar (entry
condition). Struktur pasar dikatakan
bersaing bila jumlah pembeli dan penjual banyak, pembeli dan penjual hanya
menguasai sebagian kecil dari barang yang dipasarkan sehingga masing-masing
tidak dapat mempengaruhi harga pasar (price taker), tidak ada gejala
konsentrasi, produk homogen, dan bebas untuk keluar masuk pasar. Struktur pasar yang tidak bersaing sempurna
terjadi pada pasar monopoli (hanya ada penjual tunggal), pasar monopsoni (hanya
ada pembeli tunggal), pasar oligopoli (ada beberapa penjual), dan pasar
oligopsoni (ada beberapa pembeli).
b. Perilaku pasar (market conduct)
merupakan gambaran tingkah laku lembaga pemasaran dalam menghadapi struktur
pasar, untuk tujuan mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya, yang meliputi
kegiatan pembelian, penjualan, penentuan harga, serta siasat pasar,
seperti potongan harga, penimbangan yang
curang, dan lain-lain.
c. Keragaan pasar (market
performance) merupakan gambaran gejala pasar yang tampak akibat interaksi
antara struktur pasar (market structure) dan perilaku pasar (market
conduct).
DAFTAR
PUSTAKA
Alfarisi, D.
2005. Analisis Struktur dan Kinerja Industri Pulp dan Kertas Indonesia [jurnal].
KPPU RI.
Alistair, A.
2004. Analisis Struktur-Perilaku-Kinerja pada Industri Tepung Terigu di
Indonesia Pasca Penghapusan Monopoli Bulog [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Amaliah. 2007. Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Impor Susu Indonesia [Skripsi]. Fakultas Ekonomi
dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Andiani, I.
2006. Analisis Struktur-Perilaku-Kinerja Industri Susu di Indonesia [Skripsi].
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Capricorn
Indonesia Consult. 2006. Perkembangan Produksi Susu dan Sapi Perah Indonesia.
Capricorn Indonesia Consult, Inc.
Departemen
Perindustrian. 2009. Road Map Industri Susu. Dirjen Industri Agro dan
Kimia.
Gujarati,
D.1978. Ekonometrika Dasar. Zain dan Sumarno [Penerjemah].Erlangga,
Jakarta.